Kelola Stres pada Masa Pandemi
Kelola Stres pada Masa Pandemi
Pandemi COVID-19 telah menciptakan sejarahnya sendiri menjadi momok yang sangat ditakuti oleh seluruh individu di Bumi ini. Kemunculan pandemik ini di awal tahun 2020 tidak hanya merubah aktivitas individu bahkan aktivitas duniapun tak luput dari keganasannya. Semua kegiatan-kegiatan keluarga, sekolah, pekerjaan dll di tahun 2020 telah terjadwal dan harus benar-benar diubah setelah masa pandemik ini. Bahkan sudah menjadi hal yang nyata adanya ketika kita mengatakan Pandemik covid-19 telah membawa banyak konsekuensi dikarenakan dulunya segala aktivitas kita tidak dibatasi oleh jarak dan bebas melakukan mobilitas kemanapun. Namun jika hal itu dilakukan sekarang sama saja kita telah membahayakan nyawa sendiri dan nyawa orang-orang di sekitar kita. Memilih untuk stay at home adalah salah satu cara utama memutus penyebaran virus ini. Sekarang semua aktivitas harus dilakukan di rumah: kerja dari rumah (WFH), belajar dari rumah (LFH), sekolah dari rumah (SFH). Jika kondisi ini berlangsung tanpa pandemi dan tidak ada anjuran physical dan social distancing maka kondisi ini kemungkinan besar adalah kondisi yang menyenangkan bagi individu namun kenyataannya ini terjadi dimasa pandemi.
Pemberlakuan social dan physical distancing ternyata menimbulkan banyak masalah, bahkan terdapat penelitian yang mengatakan bahwa orangtua dan anak sering konflik selama masa pandemi dan pendemi ini berpotensi mengancam kesehatan mental anak terganggu serta praktik kekerasan dalam rumah tangga meningkat. Mengapa kondisi ini terjadi? Jawabannya: Kondisi orangtua dan anak rentan mengalami STRES. Stres adalah suatu tanggapan atau respon seseorang pada kondisi yang dipersepsi sebagai tantangan atau ancaman. Orang yang mengalami stres pada umumnya memiliki rasa khawatir, tertekan, letih, ketakutan, depresi, cemas, dan marah. Sesungguhnya stres yang dialami orangtua dan anak dikarenakan beberapa stressor (pemicu stres). Bagi orangtua, sangat rentan dengan stressor situasi ketidakpastian sehingga khawatir dengan keadaan ekonomi keluarga dan kesehatan keluarga. Selain itu, informasi yang membanjiri akun media sosial atau tayangan media televisi namun kebenarannya masih dipertanyakan juga bisa menjadi stressor bagi orangtua. Bahkan tuntutan bekerja dirumah sekaligus mendampingi anak belajar juga rentan membuat orangtua sulit mengontrol emosi. Adapun bagi anak, stressor yang paling sering menghampiri adalah perasaan jenuh di rumah, tidak ada teman sebaya yang bisa diajak bermain dan belajar bersama, orangtua sibuk dengan aktivitas masing-masing, bahkan seringkali orangtua memiliki tuntutan belajar yang berlebihan kepada anak sehingga berpotensi membuat anak frustrasi. Kembali kita bertanya-tanya. Mengapa hal ini terjadi?
Perlu diketahui bersama bahwasanya "Stres yang dialami orangtua cenderung menular ke anak"
Oleh karena itu, sebagai pionir di dalam rumah, sebaiknya orangtua melakukan manajemen stres segera mungkin ketika situasi-situasi yang sudah digambarkan sebelumnya dialami oleh orangtua agar orangtua senantiasa menciptakan situasi yang menyenangkan di rumah dan secara tidak langsung memberikan energi positif bagi anak sehingga anak dan orangtua memiliki penilaian bahwa "RUMAH adalah TEMPAT YANG NYAMAN DAN DAMAI"
Berikut langkah-langkah manajemen stres yang bisa ditempuh oleh orangtua:
1. Kenali apa yang menjadi masalah
Masalah dalam hal ini adalah adanya GAP antara kondisi ideal dengan realitas yang dihadapi
Apakah masalah yang sebenarnya membuat anda stress adalah manajemen waktu? finansial? pengasuhan? atau ada hal lain?
2. Tetapkan prioritas
Dari sekian masalah yang dihadapi, masalah mana yang akan harus diselesaikan terlebih dahulu.
Pada langkah ini, yang perlu dicermati dan ditekankan adalah selesaikan masalah yang penting dan mendesak.
3. Kenali potensi yang dimiliki
Identifikasi segala potensi yang anda miliki untuk mengatasi stressornya.
Contoh potensi internal: waktu luang yang banyak, karakter pribadi yang gigih dan tenang, memiliki usaha sampingan
Selain itu lihat juga potensi eksternal, misalnya: pasangan yang mendukung, keberadaan ART, manajemen kantor yang supportif, rekan kerja yang kompak, dsb.
4. Rancang Strategi
Pada langkah ini, yang harus diperhatikan adalah time menagement: susun rencana kegiatan sehari-hari di rumah dengan menyelesaikan pekerjaan kantor, mengurus pekerjaan rumah, mendampingi anak belajar, dan selalu meluangkan waktu untuk mengajak anak bermain bersama.
Kemudian lakukan pendelegasian tugas/pekerjaan di rumah bersama pasangan, keluarga yang lain, atau anak.
Hal penting lainnya adalah senantiasa menerapkan pola komunikasi efektif, baik dengan pasangan mapun kepada anak.
5. Terapkan pola hidup sehat dengan selalu mengembangkan kemampuan berfikir positif, misalnya menanamkan pemahaman pada diri dan lingkungan bahwa setiap hal yang ada di muka bumi ini ada hikmanya/memiliki sisi positif.
Polah hidup sehat disini menyangkut kesehatan psikis dan fisik. Dalam menjaga kesehatan psikis, batasi informasi yang menimbulkan rasa cemas dan takut sedangkan dalam menjaga kesehatan fisik, jadwalkan olahraga dan lakukan relaksasi kemudian komsumsi asupan yang bergizi, dan perbanyak komunikasi dengan keluarga.
Semoga bisa diterapkan, mulailah dari diri sendiri secara perlahan-lahan dan konsisten. Suatu saat akan menjadi kebiasaan. Salam sehat JIWA.....
by RSQ
Resume materi sharing session bersama Dr. Rose Mini A.P., M.Psi, Psikolog
Pandemi COVID-19 telah menciptakan sejarahnya sendiri menjadi momok yang sangat ditakuti oleh seluruh individu di Bumi ini. Kemunculan pandemik ini di awal tahun 2020 tidak hanya merubah aktivitas individu bahkan aktivitas duniapun tak luput dari keganasannya. Semua kegiatan-kegiatan keluarga, sekolah, pekerjaan dll di tahun 2020 telah terjadwal dan harus benar-benar diubah setelah masa pandemik ini. Bahkan sudah menjadi hal yang nyata adanya ketika kita mengatakan Pandemik covid-19 telah membawa banyak konsekuensi dikarenakan dulunya segala aktivitas kita tidak dibatasi oleh jarak dan bebas melakukan mobilitas kemanapun. Namun jika hal itu dilakukan sekarang sama saja kita telah membahayakan nyawa sendiri dan nyawa orang-orang di sekitar kita. Memilih untuk stay at home adalah salah satu cara utama memutus penyebaran virus ini. Sekarang semua aktivitas harus dilakukan di rumah: kerja dari rumah (WFH), belajar dari rumah (LFH), sekolah dari rumah (SFH). Jika kondisi ini berlangsung tanpa pandemi dan tidak ada anjuran physical dan social distancing maka kondisi ini kemungkinan besar adalah kondisi yang menyenangkan bagi individu namun kenyataannya ini terjadi dimasa pandemi.
Pemberlakuan social dan physical distancing ternyata menimbulkan banyak masalah, bahkan terdapat penelitian yang mengatakan bahwa orangtua dan anak sering konflik selama masa pandemi dan pendemi ini berpotensi mengancam kesehatan mental anak terganggu serta praktik kekerasan dalam rumah tangga meningkat. Mengapa kondisi ini terjadi? Jawabannya: Kondisi orangtua dan anak rentan mengalami STRES. Stres adalah suatu tanggapan atau respon seseorang pada kondisi yang dipersepsi sebagai tantangan atau ancaman. Orang yang mengalami stres pada umumnya memiliki rasa khawatir, tertekan, letih, ketakutan, depresi, cemas, dan marah. Sesungguhnya stres yang dialami orangtua dan anak dikarenakan beberapa stressor (pemicu stres). Bagi orangtua, sangat rentan dengan stressor situasi ketidakpastian sehingga khawatir dengan keadaan ekonomi keluarga dan kesehatan keluarga. Selain itu, informasi yang membanjiri akun media sosial atau tayangan media televisi namun kebenarannya masih dipertanyakan juga bisa menjadi stressor bagi orangtua. Bahkan tuntutan bekerja dirumah sekaligus mendampingi anak belajar juga rentan membuat orangtua sulit mengontrol emosi. Adapun bagi anak, stressor yang paling sering menghampiri adalah perasaan jenuh di rumah, tidak ada teman sebaya yang bisa diajak bermain dan belajar bersama, orangtua sibuk dengan aktivitas masing-masing, bahkan seringkali orangtua memiliki tuntutan belajar yang berlebihan kepada anak sehingga berpotensi membuat anak frustrasi. Kembali kita bertanya-tanya. Mengapa hal ini terjadi?
Perlu diketahui bersama bahwasanya "Stres yang dialami orangtua cenderung menular ke anak"
Oleh karena itu, sebagai pionir di dalam rumah, sebaiknya orangtua melakukan manajemen stres segera mungkin ketika situasi-situasi yang sudah digambarkan sebelumnya dialami oleh orangtua agar orangtua senantiasa menciptakan situasi yang menyenangkan di rumah dan secara tidak langsung memberikan energi positif bagi anak sehingga anak dan orangtua memiliki penilaian bahwa "RUMAH adalah TEMPAT YANG NYAMAN DAN DAMAI"
Berikut langkah-langkah manajemen stres yang bisa ditempuh oleh orangtua:
1. Kenali apa yang menjadi masalah
Masalah dalam hal ini adalah adanya GAP antara kondisi ideal dengan realitas yang dihadapi
Apakah masalah yang sebenarnya membuat anda stress adalah manajemen waktu? finansial? pengasuhan? atau ada hal lain?
2. Tetapkan prioritas
Dari sekian masalah yang dihadapi, masalah mana yang akan harus diselesaikan terlebih dahulu.
Pada langkah ini, yang perlu dicermati dan ditekankan adalah selesaikan masalah yang penting dan mendesak.
3. Kenali potensi yang dimiliki
Identifikasi segala potensi yang anda miliki untuk mengatasi stressornya.
Contoh potensi internal: waktu luang yang banyak, karakter pribadi yang gigih dan tenang, memiliki usaha sampingan
Selain itu lihat juga potensi eksternal, misalnya: pasangan yang mendukung, keberadaan ART, manajemen kantor yang supportif, rekan kerja yang kompak, dsb.
4. Rancang Strategi
Pada langkah ini, yang harus diperhatikan adalah time menagement: susun rencana kegiatan sehari-hari di rumah dengan menyelesaikan pekerjaan kantor, mengurus pekerjaan rumah, mendampingi anak belajar, dan selalu meluangkan waktu untuk mengajak anak bermain bersama.
Kemudian lakukan pendelegasian tugas/pekerjaan di rumah bersama pasangan, keluarga yang lain, atau anak.
Hal penting lainnya adalah senantiasa menerapkan pola komunikasi efektif, baik dengan pasangan mapun kepada anak.
5. Terapkan pola hidup sehat dengan selalu mengembangkan kemampuan berfikir positif, misalnya menanamkan pemahaman pada diri dan lingkungan bahwa setiap hal yang ada di muka bumi ini ada hikmanya/memiliki sisi positif.
Polah hidup sehat disini menyangkut kesehatan psikis dan fisik. Dalam menjaga kesehatan psikis, batasi informasi yang menimbulkan rasa cemas dan takut sedangkan dalam menjaga kesehatan fisik, jadwalkan olahraga dan lakukan relaksasi kemudian komsumsi asupan yang bergizi, dan perbanyak komunikasi dengan keluarga.
Semoga bisa diterapkan, mulailah dari diri sendiri secara perlahan-lahan dan konsisten. Suatu saat akan menjadi kebiasaan. Salam sehat JIWA.....
by RSQ
Resume materi sharing session bersama Dr. Rose Mini A.P., M.Psi, Psikolog
No comments for "Kelola Stres pada Masa Pandemi"
Post a Comment