Mengenali dan Mendampingi Anak Mild Intellectual Disability

Materi Psikoedukasi:
Mengenali dan Mendampingi Anak Mild Intellectual Disability



IDEA (Individuals with Disabilities Education ACT) mendefinisikan istilah intellectual disability (ID) adalah karakteristik individu yang memiliki fungsi intelektual umum signifikan berada di bawah rata-rata, disertai deficit perilaku adaptif, dan muncul selama periode perkembangan, yang akan berdampak negatif pada hasil pendidikan individu tersebut (Heward, 2013).
 
LEVEL    IQ SCORE
ID Mild (Ringan)    50-70
ID Moderate (Sedang)    35-50
ID Severe (Berat)    20-35
ID Profound (Sangat Berat)    <20

Karakteristik Intellectual Disability Ringan:
1. Kapasitas inteligensi pada kategori lemah pikir dengan skor 50-70.
2. Mampu didik secara akademik
3. Intellectual disability ringan tidak teridentifikasi sampai mereka masuk sekolah dan beberapa di antara mereka hanya bertahan sampai kelas dua dan tiga, dimana tingkatan tersebut tuntutan tugas akademik semakin kompleks/sulit.
4. Maksimal kemampuan anak berada di tingkat kelas enam dan masih dapat diajar mengenai keterampilan hidup yang akan mendukung kemandirian anak dalam kehidupan sehari-hari.
5. dididik menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti pekerjaan laundry, pertanian, peternakan, dan pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dibimbing dengan baik maka dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan.
6. Umumnya juga anak intellectual disability ringan tidak mengalami gangguan fisik. Bahkan secara fisik seperti anak normal pada umumnya sehingga sukar membedakan secara fisik dengan anak normal.
7. Tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen.
8. Anak akan membelanjakan uangnya dengan lugu
9. Tidak dapat merencanakan masa depan.
10. terkadang mengalami frustrasi ketika diminta berfungsi secara sosial atau akademis sesuai usia anak pada umumnya, sehingga tingkahlaku anak bisa menjadi tidak baik. Misalnya, acting out di kelas atau menolak untuk melakukan tugas kelas. Anak ini kadang-kadang memperlihatkan rasa malu dan pendiam.
11. Perhatian anak intellectual disability sering pada benda yang salah serta sulit mengalokasikan perhatian mereka dengan tepat.
12. kebanyakan dari anak intellectual disability mengalami kesulitan dalam mengingat informasi.
13. Anak intellectual disability ringan juga mengalami masalah dalam memahami dan menghasilkan bahasa.
14. Performasi anak intellectual disability pada semua area kemampuan akademis berada di bawah rata-rata anak seusianya.

Westwood (2010) menjelaskan bahwa secawa khusus, intellectual disabilty akan mengakibatkan keterbatasan yang siginifikan pada bidang-bidang berikut ini:
1. Komunikasi;
2. Bina diri dalam kehidupan sehari-hari;
3. Keterampilan sosial;
4. Keterampilan akademik dasar (Kemampuan membaca dan menghitung);
5. Regulasi diri dan arahan diri;
6. Keberfungsian dalam masyarakat.
7. belajar yang dialami oleh anak.

Pendekatan pendidikan untuk Intellectual Disability
a.    Fungsi kurikulum
1. Pada hakikatnya fungsi kurikulum akademik bagi anak adalah untuk melatih membaca, menulis, berhitung, dan menguasai ilmu pengetahuan.
2. Pembuatan kurikulum fungsional pada anak diharapkan mampu meningkatkan kemandirian anak, pengarahan diri, kesehatan, dan kesejahteraan anak di sekolah/di rumah/komunitas/lingkungan kerja.
3. Self-detemination bertujuan untuk menetukan tujuan pribadi, perencanaan tindakan, mengevaluasi diri, dan melakukan penyesuain terhadap tujuan pribadi.

b.    Metode-metode instruksi
1. Analisis tugas/Instruksi rinci
2. Mengaktifkan respon siswa
3. Umpan balik secara sistematis

Pesan utama untuk pendidik yang perlu diperhatian adalah (Westwood, 2011):
1. Perkembangan kognitif/pemahaman berasal dari tindakan, siswa belajar dari apa yang dilakukan atau dialaminya.
2. Anak-anak perlu seseorang untuk melakukan interaksi dan juga akan menafsirkan/menjelaskan pengalaman.

Upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi keterbatasan komunikasi yang dialami oleh anak yang mengalami intellectual disability ringan:
1. Berbicara atau menuliskan bacaan yang singkat.
2. Mengarahkan anak membaca bacaan yang singkat.
3. Ketika berbicara menggunakan kalimat yang sederhana (maksimal 5 kata) dan dipastikan hanya memiliki satu makna saja.
4. Tidak memberikan pesan/arahan/teguran yang tersirat dan bahasanya mengandung kiasan.
5. Menggunakan bahasa yang konkrit dan umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan menghindari istilah-istilah abstrak. Seperti: lebih baik menggunakan kata “kereta api” atau “bus” dibandingkan menggunakan kata “transportasi umum.”
6. Mengajarkan anak persamaan kata-kata yang digunakan anak dalam kehidupan sehari-hari.
7. Berbicara dengan lambat dan memberikan satu pertanyaan atau arahan pada satu kesempatan.
8. Melakukan pengulangan-pengulangan penggunaan kata yang bagi anak itu jarang digunakan sebelumnya dalam berkomunikasi.
 

No comments for "Mengenali dan Mendampingi Anak Mild Intellectual Disability"