Teori Psikologi: Penyesuaian Diri
Teori Psikologi: Penyesuaian Diri
Penyesuaian (adjustment) dipahami sebagai mengubah lingkungan agar menjadi lebih sesuai dengan diri individu. Pengertian ini lebih menekankan pada perubahan lingkungan yang dilakukan oleh individu sehingga tetap sesuai dengan dirinya (Siswanto, 2007). Adjustment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri (Mutadin, 2002).
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
Maladjusted dan Abnormalitas
Orang yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik disebut dengan istilah maladjusted. Namun, pemahaman mengenai maladjusted ini seringkali dikacaukan dengan pemahaman mengenai abnormalitas. Banyak yang berpendapat bahwa ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan baik (maladjusted) itu sama dengan abnormal, padahal sebenarnya orang yang maladjusted tidak selalu abnormal. Sebaliknya, orang yang abnormal pasti maladjusted. Jadi istilah maladjusted dan abnormal sebenarnya menyangkut pada derajat ketidakmampuan individu dalam melakukan penyesuaian diri serta kualitas penyesuaian dirinya (Siswanto, 2007).
Kesulitan dalam membedakan pemahaman mengenai maladjusted dengan abnormalitas ini tampaknya juga dipicu dengan kecenderungan memahami penyesuaian diri sebagai hasil daripada melihat penyesuaian diri sebagai suatu proses.
Ciri-ciri penyesuaian diri yang efektif (Siswanto, 2007)
a) Memiliki persepsi yang akurat terhadap realita
Meskipun persepsi masing-masing individu berbeda dalam menghadapi realita, tapi orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik memiliki persepsi yang relatif obyektif dalam memahami realita. Persepsi yang obyektif ini adalah bagaimana orang mengenali konsekuensi-konsekuensi tingkah lakunya dan mampu bertindak sesuai dengan konsekuensi tersebut.
b) Kemampuan untuk beradaptasi dengan tekanan atau stres dan kecemasan
Orang yang mampu menyesuaikan diri tidak selalu menghindari munculnya tekanan dan kecemasan. Kadang mereka justru belajar untuk mentoleransi tekanan dan kecemasan yang dialami dan mau menunda pemenuhan kepuasan selama itu diperlukan demi mencapai tujuan tertentu yang lebih penting sifatnya.
c) Mempunyai gambaran diri yang positif tentang dirinya
Gambaran diri yang positif mencakup apakah individu yang bersangkutan bisa melihat dirinya secara realistik, yaitu secara seimbang tahu kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan mampu menerimanya sehingga memungkinkan individu yang bersangkutan untuk dapat merealisasikan potensi yang dimiliki secara penuh.
d) Kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya
Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dicirikan memiliki kehidupan emosi yang sehat. Orang tersebut mampu menyadari dan merasakan emosi atau perasaan yang saat itu dialami serta mampu untuk mengekspresikan perasaan dan emosi tersebut dalam spektrum yang luas. Selain itu orang yang memiliki kehidupan emosi yang sehat mampu memberikan reaksi-reaksi emosi yang realistis dan tetap di bawah kontrol sesuai dengan situasi yang dihadapi.
e) Relasi interpersonal baik
Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik mampu mencapai tingkat keintiman yang tepat dalam suatu hubungan sosial. Dia mampu menikmati disukai dan direspek oleh orang lain dengan di satu sisi, tetap juga mampu memberikan respek dan menyukai orang lain.
Hubungan Penyesuaian Diri dan Kepribadian
Penyesuaian tak terpisahkan dengan sifat kepribadian manusia. Hal ini tidak sulit untuk dipahami jika kita mengingat fakta penting. Pertama-tama, penyesuaian diri seseorang terjadi di dalam kepribadian itu sendiri, atau melibatkan hubungan antara kepribadian dan beberapa aspek realitas.
Kedua, penyesuaian selalu dipengaruhi dan dikondisikan oleh kepribadian yang terlibat. Jadi, untuk sederhananya, kepribadian normal bereaksi terhadap situasi masalah dan kejadian dengan cara yang khas yang normal, sedangkan kepribadian neurotik bereaksi dengan cara yang khas untuk gejala tekanan dan tuntutan hidup sehari-hari. Ketiga, ada fakta, signifikansi tertentu dalam hubungan ini, bahwa kondisi dan determinasi dari penyesuaian ini, seakan-akan disalurkan melalui kepribadian individu. Dengan ini berarti bahwa faktor-faktor seperti keturunan, lingkungan, pelatihan, dan pendidikan memberi pengaruh pada penerapan dalam hal konstitusi khas kepribadian di tengah proses penyesuaian.
Penyesuaian (adjustment) dipahami sebagai mengubah lingkungan agar menjadi lebih sesuai dengan diri individu. Pengertian ini lebih menekankan pada perubahan lingkungan yang dilakukan oleh individu sehingga tetap sesuai dengan dirinya (Siswanto, 2007). Adjustment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri (Mutadin, 2002).
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
Maladjusted dan Abnormalitas
Orang yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik disebut dengan istilah maladjusted. Namun, pemahaman mengenai maladjusted ini seringkali dikacaukan dengan pemahaman mengenai abnormalitas. Banyak yang berpendapat bahwa ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan baik (maladjusted) itu sama dengan abnormal, padahal sebenarnya orang yang maladjusted tidak selalu abnormal. Sebaliknya, orang yang abnormal pasti maladjusted. Jadi istilah maladjusted dan abnormal sebenarnya menyangkut pada derajat ketidakmampuan individu dalam melakukan penyesuaian diri serta kualitas penyesuaian dirinya (Siswanto, 2007).
Kesulitan dalam membedakan pemahaman mengenai maladjusted dengan abnormalitas ini tampaknya juga dipicu dengan kecenderungan memahami penyesuaian diri sebagai hasil daripada melihat penyesuaian diri sebagai suatu proses.
Ciri-ciri penyesuaian diri yang efektif (Siswanto, 2007)
a) Memiliki persepsi yang akurat terhadap realita
Meskipun persepsi masing-masing individu berbeda dalam menghadapi realita, tapi orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik memiliki persepsi yang relatif obyektif dalam memahami realita. Persepsi yang obyektif ini adalah bagaimana orang mengenali konsekuensi-konsekuensi tingkah lakunya dan mampu bertindak sesuai dengan konsekuensi tersebut.
b) Kemampuan untuk beradaptasi dengan tekanan atau stres dan kecemasan
Orang yang mampu menyesuaikan diri tidak selalu menghindari munculnya tekanan dan kecemasan. Kadang mereka justru belajar untuk mentoleransi tekanan dan kecemasan yang dialami dan mau menunda pemenuhan kepuasan selama itu diperlukan demi mencapai tujuan tertentu yang lebih penting sifatnya.
c) Mempunyai gambaran diri yang positif tentang dirinya
Gambaran diri yang positif mencakup apakah individu yang bersangkutan bisa melihat dirinya secara realistik, yaitu secara seimbang tahu kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan mampu menerimanya sehingga memungkinkan individu yang bersangkutan untuk dapat merealisasikan potensi yang dimiliki secara penuh.
d) Kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya
Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dicirikan memiliki kehidupan emosi yang sehat. Orang tersebut mampu menyadari dan merasakan emosi atau perasaan yang saat itu dialami serta mampu untuk mengekspresikan perasaan dan emosi tersebut dalam spektrum yang luas. Selain itu orang yang memiliki kehidupan emosi yang sehat mampu memberikan reaksi-reaksi emosi yang realistis dan tetap di bawah kontrol sesuai dengan situasi yang dihadapi.
e) Relasi interpersonal baik
Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik mampu mencapai tingkat keintiman yang tepat dalam suatu hubungan sosial. Dia mampu menikmati disukai dan direspek oleh orang lain dengan di satu sisi, tetap juga mampu memberikan respek dan menyukai orang lain.
Hubungan Penyesuaian Diri dan Kepribadian
Penyesuaian tak terpisahkan dengan sifat kepribadian manusia. Hal ini tidak sulit untuk dipahami jika kita mengingat fakta penting. Pertama-tama, penyesuaian diri seseorang terjadi di dalam kepribadian itu sendiri, atau melibatkan hubungan antara kepribadian dan beberapa aspek realitas.
Kedua, penyesuaian selalu dipengaruhi dan dikondisikan oleh kepribadian yang terlibat. Jadi, untuk sederhananya, kepribadian normal bereaksi terhadap situasi masalah dan kejadian dengan cara yang khas yang normal, sedangkan kepribadian neurotik bereaksi dengan cara yang khas untuk gejala tekanan dan tuntutan hidup sehari-hari. Ketiga, ada fakta, signifikansi tertentu dalam hubungan ini, bahwa kondisi dan determinasi dari penyesuaian ini, seakan-akan disalurkan melalui kepribadian individu. Dengan ini berarti bahwa faktor-faktor seperti keturunan, lingkungan, pelatihan, dan pendidikan memberi pengaruh pada penerapan dalam hal konstitusi khas kepribadian di tengah proses penyesuaian.
No comments for "Teori Psikologi: Penyesuaian Diri"
Post a Comment