Karakteristik kesulitan keterampilan sosial Anak

Karakteristik kesulitan keterampilan sosial Anak




Elliott dan Busse (1991); Elliott, Malecki, dan Demaray (2001) menjelaskan bahwa kesulitan keterampilan sosial yang dialami individu terbagi atas dua karakteristik kesulitan, yaitu:
a.    Social skills acquisition deficits
Karakteristik kesulitan keterampilan ini memperlihatkan bahwa anak tidak mempunyai keterampilan yang diperlukannya untuk membangun sebuah interaksi yang tepat pada orang lain atau anak mengalami kegagalan dalam mempelajari cara yang tepat untuk menampilkan keterampilan sosial yang tepat.
b.    Social skills performance deficits
Karakterisitik ini mempelihatkan kondisi anak yang telah memiliki konsep keterampilan sosial yang tepat dalam menampilkan sebuah perilaku, tetapi mengalami kegagalan untuk menampilkan perilaku yang tepat pada situasi dan waktu tertentu.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial
Pengalaman sosial merupakan salah satu sumber yang sangat mempengaruhi keterampilan sosial yang dimiliki oleh seorang anak. Pengalaman sosial awal dapat berupa hubungan dengan anggota keluarga atau orang-orang di luar lingkungan rumah. Sebagai pedoman umum, pengalaman di dalam rumah sangat penting untuk memberikan keterampilan sosial bagi anak usia prasekolah sedangkan pengalaman di luar rumah menjadi lebih penting untuk memberikan keterampilan sosial pada anak usia sekolah (Hurlock, 1978).
a.    Pengaruh keluarga
Secara umum, rumah merupakan tempat belajar bagi pengusaan keterampilan sosial oleh anak. Jika anak mempunyai hubungan sosial yang memuaskan dengan anggota keluarga, mereka dapat menikmati sepenuhnya hubungan sosial dengan orang-orang di luar rumah, mengembangkan sikap sehat terhadap orang lain, dan belajar berfungsi dengan sukses di dalam kelompok teman sebaya.
Hubungan dengan anggota keluarga tidak semata-mata berupa hubungan dengan orangtua, tetapi juga dengan saudara, nenek, dan kakek, akan mempengaruhi sikap anak terhadap orang di luar lingkungan rumah. Sebagai contoh, jika anak sering berselisih dengan anggota keluarga yang lain seperti kakek dan nenek maka akan mempengaruhi perilaku dan sikap anak ketika berinteraksi dengan orang berusia lanjut.
Ukuran keluarga tidak hanya mempengaruhi pengalaman sosial awal melainkan juga sebagai wadah untuk mengajari anak keterampilan sosial yang tercermin dalam sikap dan pola sosial yang dimiliki oleh anak. Anak tunggal sering mendapatkan perhatian yang lebih dari yang semestinya. Akibatnya ketika anak berada di lingkungan luar rumah, anak mengharapkan mendapatkan perhatian yang sama dari luar dan akan merasa kurang puas jika tidak mendapatkannya.
Keterampilan sosial anak yang tercermin dalam sikap dan perilaku sosial anak merukapan gambaran perlakuan yang diterima anak di rumah. Anak yang  merasa di tolak oleh orangtua dan saudaranya di luar rumah akan memperlihatkan sikap penolakan yang sama terhadap orang lain. Pola asuh orangtua juga berperan penting dalam memberikan keterampilan sosial yang memadai pada anak.  Anak-anak yang dibesarkan pada lingkungan keluarga demokratis mungkin akan melakukan penyesuaian sosial yang baik karena anak akan aktif secara sosial dan mudah bergaul. Sebaliknya, anak yang dimanjakan akan cenderung tumbuh menjadi anak yang tidak aktif dan menyendiri. Anak-anak yang dididik secara otoriter cenderung menjadi pendiam dan tidak suka melawan. Santrock (1995) menambahkan bahwa pengasuhan yang permisif (indifferent dan indulgent) oleh orangtua akan berdampak pada inkompetensi sosial atau kurangnya keterampilan pada diri anak sehingga anak akan memperlihatkan pengendalian diri buruk terhadap tingkahlakunya dan anak tidak membangun kemandirian dengan baik. Kondisi tersebut akhirnya membuat anak akan mengalami kendala dalam membangun interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Perlu juga diketahui bahwa pengasuhan permissive-indifferent adalah satu gaya pengasuhan di mana orangtua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak sedangkan pengasuhan permissive-indulgent adalah gaya pengasuhan di mana orangtua sangat terlibat dalam kehidupan anak tetapi menerapkan sedikit batas atau kendali terhadap anak.


b.    Pengaruh dari luar rumah
Pengalaman sosial awal di luar rumah melengkapi pengalaman di dalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi penguasaan keterampilan sosial pada anak. Penguasaan keterampilan sosial nantinya akan mempengaruhi sikap, perilaku, dan pola sosial anak. Jika anak memiliki pengalaman sosial awal yang menyenangkan dengan teman sebayanya maka anak akan termotivasi mengulangi pengalaman sosial tersebut. Sebaliknya, ketika anak mendapatkan pengalaman sosial yang tidak menyenangkan maka anak akan cenderung mengindarinya di kesempatan lain. Adapun pola perilaku yang dimaksud adalah kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, sikap ramah, meniru, dan perilaku kelekatan yang hangat dengan orang-orang di sekitar.
Selain itu, Machmud (2013) memaparkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial anak. Kedua faktor tersebut, antara lain:
a.    Kondisi anak
Rubin, Coplan, Fox, dan Calkins dalam (Machmud, 2013) menjelaskan bahwa perkembangan emosi sangat mempengaruhi keterampilan sosial anak. Pengaturan emosi yang baik akan sangat membantu anak dalam bersosialisasi dengan baik. Anak yang kurang mampu bersosialisasi dan tidak mampu mengatur emosi dengan baik maka anak akan cenderung merusak, mengganggu, dan menarik diri dari lingkungan sosial.
b.    Interaksi anak dengan lingkungan
Keterampilan sosial anak terutama dipengaruhi oleh proses sosialisasinya dengan orangtua yang mulai terjalin sejak awal kelahiran. Melalui proses sosialisasi, orangtua menjamin bahwa anak mereka memiliki standar perilaku, sikap, keterampilan dan motif-motif bersosialisasi sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Proses sosialisasi yang berawal sejak bayi, menjadi lebih disadari dan sistematis seiring dengan bertambahnya kemampuan anak dalam keterampilan motorik dan penggunaan bahasa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan sosial anak yaitu, faktor dari kondisi anak sendiri. Kemudian faktor selanjutnya adalah faktor interaksi anak dengan orangtua di rumah dan terakhir adalah faktor interaksi anak dengan lingkungannya.
Hurlock (1978) juga menjelaskan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial pada anak. Faktor tersebut antara lain:
a.    Kesempatan yang penuh untuk bersosialisasi adalah penting karena anak-anak tidak dapat belajar hidup bermasyarakat dengan orang lain jika sebagian besar waktu anak dipergunakan seorang diri.
b.    Keadaan bersama-sama anak-anak tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat dimengerti, melainkan anak dituntut untuk mampu berbicara tentang topik yang dapat dipahami dan menarik bagi orang lain.
c.    Anak akan belajar bersosialisasi hanya apabila anak mempunyai motivasi untuk untuk melakukannya. Motivasi sebagian besar bergantung pada tingkat kepuasan yang diperoleh anak dalam aktivitas sosial yang dilakukannya, khususnya kepada anak sebayanya. Jika anak memperoleh kesenangan melalui hubungan dengan orang lain, anak akan mengulangi hubungan tersebut. Sebaliknya, jika hubungan sosial hanya memberikan kesenangan yang sedikit, anak akan menghindarinya.
d.    Metode belajar yang efektif dengan bimbingan adalah penting. Metode coba-ralat anak mempelajari beberapa pola perilaku penting yang menunjang keterampilan sosialnya dalam melakukan penyesuaian diri secara sosial. Anak juga belajar untuk mempraktekkan sebuah perilaku untuk meniru orang yang dijadikan tujuan identifikasi dirinya. Anak tetapi anak akan melakukan proses belajar yang cepat dengan perubahan yang signifikan jika anak dapat dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu aktivitas atau memilih teman sejawat sehingga mereka mempunyai contoh yang baik untuk ditiru.
5.     Dampak keterampilan sosial
Secara umum keterampilan sosial berdampak langsung pada kemampuan individu dalam melakukan proses penyesuaian diri individu. Apabila individu memiliki keterampilan sosial yang memadai maka individu tersebut mampu menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain, baik dengan teman maupun dengan orang lain sehingga indiviu tersebut mendapatkan perlakuan dari orang lain yang menyenangkan. Biasanya individu yang memiliki keterampilan sosial memiliki sikap yang menyenangkan seperti membantu orang lain (Hurlock, 1978). Penjelasan yang sama juga dikemukakan oleh Deliana (2009) bahwa keterampilan sosial rendah yang dimiliki oleh anak anak membuat anak kesulitan melakukan proses adaptasi dengan individu dan situasi baru di lingkungan sosialnya. Cartledge & Milburn (1995) juga menjelaskan bahwa masalah penyesuaian sosial sangat berkaitan erat dengan penguasaan keterampilan sosial yang dimiliki oleh seseorang.
Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Machmud (2013) menyimpulkan bahwa anak yang memiliki keterampilan sosial yang rendah akan membuat anak sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Kondisi tersebut membuat anak menemui beberapa masalah atau hambatan dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut juga yang membuat anak berada dalam kondisi yang tertekan.
Dampak lain dikemukakan oleh Stratton dan Reid (2004) yang menjelaskan bahwa kurangnya keterampilan sosial yang dimiliki oleh individu dapat menjadi salah satu prediktor yang kuat terhadap kegagalan akademik yang dialami oleh anak. Keterampilan sosial yang memadai dimiliki oleh anak akan menjadi penunjang kesuksesan akademik yang ditempuh oleh anak. Zsolnai dan Kasik (2014) juga menjelaskan bahwa  banyak penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan antara keterampilan sosial yang dimiliki seorang anak dengan prestasi akademik. Keterampilan sosial memiliki efek yang sangat kuat pada penilaian guru terkait prestasi kademik, terutama pada anak yang berada pada jenjang sekolah dasar. Keterampilan sosial dan prestasi akademik sulit untuk terpisahkan mengingat siswa yang mampu menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan sekolah adalah siswa yang memiliki keterampilan sosial yang memadai dan akan lulus dengan prestasi akademik yang memuaskan, begitupun sebaliknya. Konsep yang sama juga dikemukakan oleh Gumaraes, Lemos, dan Numes (2011) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara prestasi akademik dengan keterampilan sosial yang dimiliki oleh anak. Khususnya keterampilan sosial yang meliputi kerjasama, asertif, dan kontrol diri.

No comments for "Karakteristik kesulitan keterampilan sosial Anak"