Intervensi Slow Learner

Intervensi Slow Learner 
"Token Economy"






PENJELASAN INTERVENSI
Pada modul ini akan dirancang sebuah pelaksanaan intervensi dengan menggunakan behavior therapy dengan metode token ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan atensi anak dengan gangguan slow learner. Adapun target intervensi yang dilaksanakan adalah klien dapat berkonsentrasi dan fokus memperhatikan penjelasan guru di kelas ketika proses pembelajaran berlangsung. Pengukuran konsentrasi dan fokus klien akan didasarkan pada hasil pengukuran baseline durasi perhatian klien selama proses observasi dilakukan yaitu 5 menit.

RANCANGAN INTERVENSI
Intervensi yang akan diberikan pada subjek pemeriksaan kali ini adalah terapi perilaku dan psikoedukasi ke guru dan orangtua subjek. Terapi dalam psikologi menurut himpunan psikologi Indonesia (2010) adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyembuhan dari gangguan psikologis atau masalah kepribadian dengan menggunakan prosedur baku berdasar teori yang relevan dengan ilmu psikoterapi. Subandi (2002) memperkenalkan istilah psikoterapi ketika mendefinisikan terapi dalam psikologi. Psikoterapi suatu proses formal interaksi antara profesional dan klien dengan tujuan untuk melakukan perubahan dan penyembuhan terhadap kondisi yang dikeluhkan oleh klien. Proses professional juga berkaitan dengan keberadaan kode etik dalam psikologi. Jadi, tindakan intervensi haruslah dilandasi dengan hasil asesmen yang adekuat (Prawitasari, 2002). 
Pelaksanaan terapi dalam penanganan psikologis ini dikhususkan pada terapi perilaku. Terapi perilaku yang berangkat dari sebuah asumsi dasar bahwa semua perilaku diperoleh dari proses belajar. Terapi perilaku pada dasarnya diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan (Corey, 2013). Prawitasari (2002) juga menambahkan bahwa salah satu tujuan dari terapi perilaku adalah menyiapkan situasi belajar baru yang dapat digunakan untuk mengganti kebiasaan-kebiasaan yang kurang adaptif menjadi kebiasaan-kebiasaan yang adaptif.
Teknik terapi perilaku yang digunakan pada klien adalah token economy. Corey (2013) menjelaskan bahwa token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan. Token economy merupakan salah satu contoh penguatan ekstrinsik yang menjadikan individu-individu lain melakukan sesuatu karena mengharapkan sesuatu. Perlu diketahui bahwa tujuan dari teknik ini adalah untuk mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi instrinsik. Sehingga perilaku yang tadinya hadirkan karena ada yang diharapkan menjadi perilaku yang muncul tanpa mengharapkan sesuatu lagi dan menetap lalu menjadi sebuah kebiasaan yang tercerminkan dalam perilaku klien. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Boniecki dan Moore (2003) menjelaskan bahwa pemberian token economy pada siswa di kelas besar akan secara langsung maupun tidak langsung mengarahkan siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran secara intens walaupun hanya sebatas pastisipasi dalam memperhatian materi pemberian guru. Khususnya mampu meningkatkan keterlibatan anak dalam pengerjaan tugas. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2013) yang menyatakan bahwa pada anak yang mengalami masalah perhatian pemberian token sebagai ganjaran perilaku anak jika memperhatikan materi di kelas sehingga pemahaman anak meningkat dalam pengerjaan tugas mampu meningkatkan keterlibatan anak dalam mengerjakan tugas di kelas.
Doll, Barretto dan McLaughlin (2013) memaparkan bahwa pemberian token economy pada siswa sekolah menengah pertama untuk membentuk sebuah perilaku pada siswa dapat dikatakan dapat memberikan dampak secara instan jika mampu disajikan oleh pihak guru dengan baik. Hal tersebut disebabkan keberadaan guru dalam memberikan token economy dapat dijadikan sarana manajemen diri oleh siswa. Siswa akan termotivasi melakukan manajemen diri yang lebih baik dalam proses pembelajaran jika melibatkan reinforcement dan perlahan-lahan perilaku yang diinginkan akan menjadi kebiasaan siswa. Adapun pertimbangan pemberian token ecomony langsung difokuskan pada kondisi di kelas karena perlakuan diberikan pada situasi yang sebenarnya dimana  anak memperlihatkan perilaku yang tidak diharapkan kemungkinan besar akan berubah dan perubahannya tersebut dapat bersifat menetap walaupun tanpa pemberian reinforcement (Lampord, 2012). Selain itu menurut Lampord (2012) pemberian perlakuan pada anak di dalam kelas juga akan dikuatkan dengan adanya interaksi sosial anak dengan guru dan teman kelas yang secara tidak langsung mampu menjadi support social bagi anak.
Pada pelaksanaan token economy menurut Carbone (2001 dalam Reiber & McLaughlin, 2004) bahwa terdapat lima proses yang harus dijalani seorang terapis jika ingin mengaplikasikan metode tersebut. Pertama, terapis membahas permasalahan yang dianggap perlu untuk ditangani bersama dengan klien. Klien dibuat menyadari dan memahami permasalahan yang ada pada dirinya dan sepakat untuk mengubah perilakuknya tersebut. Kedua, terapis dan klien melakukan pembicaraan untuk menyepakati reward apa yang akan diberikan ketika klien memperlihatkan perilaku yang diinginkan dan punishment apa yang diberikan ketika klien memperlihatkan perilaku yang tidak diharapkan. Ketiga, memberikan penjelasan mengenai proses pengumpulan koin dan criteria penukaran koin menjadi sebuah hadih yang sangat detail kepada klien sehingga klien mengerti prosesnya. Keempat, pastikan klien melakukan pengumpulan koin dan penukaran koin dengan hadiah pada frekuensi yang stabil sehingga perilaku klien dapat secara tidak langsung termodifikasi untuk menampilkan perilaku yang sudah dikondisikan sebelumnya. Terakhir, prosedur token economy ini diharapkan mampu menghadirkan perilaku klien yang diinginkan dan pada akhirnya perilaku tersebut menetap karena sudah menjadi kebiasaan klien. Pengumpulan koin dalam hal ini bisa diganti dengan benda lain atau cara lain.

PROSEDUR INTERVENSI
Frekuensi pemberian intervensi ini adalah sebanyak 12 kali selama 2 minggu. Setiap pertemuan dilakukan selama satu jam pelajaran yaitu 45 menit. Berikut dipaparkan prosedur terapi perilaku yang akan dilaksanakan, yaitu:
1. Melakukan building rapport
Terapis membangun hubungan yang baik dengan klien sehingga klien akan merasakan kenyaman jika berada disituasi atau lingkungan yang sama dengan terapis. Jika kondisi tersebut tercipta maka proses intervensi dapat berjalan dengan baik.
2. Melakukan kesepakatan antara terapis dan klien
Pada tahap ini terapis dan klien melakukan kontrak intervensi yang berupa kesediaan klien dengan sukarela untuk mengikuti semua proses intervensi yang akan dilaksanakan sampai selesai.

3. Membuat rencana prioritas kegiatan yang ingin dilaksanakan
Pada tahap ini terapi mengarahkan klien untuk membuat daftar hal-hal apa saja yang ingin dilakukan untuk mengubah perilakunya. Misalnya menuliskan beberapa tugas yang diprioritaskan untuk segera dilaksanakan.
4. Membuat aturan dalam intervensi
Pada tahapan ini terapis dan klien membuat lagi kesepakatan mengenai hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan hal-hal apa saja yang tidak boleh dilakukan agar perilaku klien dapat berubah. Pada tahapan ini juga terapis membuat kesepakatan dengan klien mengenai reward yang dia dapatkan ketika memperlihatkan perilaku yang diinginkan dan punisment apa yang akan diberikan ketika klien memperlihatkan perilaku yang tidak diharapkan. 
5. Membuat kontrak one-party contracts
Terapis dan subjek membuat perjanjian dengan guru yang akan mengidentifikasi perilaku target muncul atau tidak di setting tempat yang sudah disepakati yaitu ruang kelas saat mata pelajaran berlangsung dan di rumah saat belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah.
6. Pemberian token economy
Pemberian token economy ini tidak terlepas dari keterlibatan penuh dari guru mata pelajaran di kelas klien. Pemberian token economy bertujuan untuk meningkatkan atensi klien selama proses pembelajaran berlangsung di kelas. Atensi dalam hal ini adalam memperhatikan penjelasan guru, tidak berbicara dengan teman, tidak bermain dengan teman, dan tidak mengganggu teman ketika guru sedang menjelaskan di depan kelas. Jadi pada intervensi ini klien diberikan tugas untuk senantiasa menjaga perhatiannya untuk selalu fokus di dalam kelas secara mandiri tanpa teguran oleh guru.  Pemberian tugas untuk selalu menjaga perhatiannya diberikan pada klien saat mengikuti beberapa mata pelajaran yang berbeda. Misalnya, mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan sosial.
Pengukuran yang secara intensif dengan menggunakan stopwatch  untuk mencatat satuan menit durasi perhatian klien selama 6 hari. Perlu diketahui bahwa durasi baseline klien dalam memperhatikan adalah 5 menit. Sehingga token akan diberikan dengan jumlah tertentu kepada klien apabila mampu memusatkan perhatiannya lebih dari 5 menit. Kemudian setelah token terkumpul selama satu pekan maka dapat ditukarkan dengan hadiah sesuai kriteria jumlah token yang diperoleh.
7. Evaluasi
Selama intervensi berlangsung terapis tetap melakukan pemantauan kegiatan pada klien baik di rumah maupun di sekolah. Pemantauan ini akan dijadikan sara untuk melakukan evaluasi selama intervensi, khususnya evaluasi terhadap perubahan perilaku subjek.
8. Proses penghentian intervensi atau termination
Tahapan ini dilakukan ketika intervensi yang diberikan dianggap berhasil mengubah perilaku klien dan tidak ada keluhan lagi mengenai perilaku subjek.
9. Follow-up
Tahapan ini dilakukan pada waktu 2 minggu setelah pemberhentian intervensi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan seberapa besar perubahan perlaku klien tersebut bertahan walau tanpa token economy.

JADWAL DAN PROSES PELAKSANAAN INTERVENSI
Adapun syarat dan ketentuan tertentu yang harus diikuti oleh anak untuk memperoleh sejumlah stiker. Syarat ini dirumuskan bersama dengan klien. Pada minggu pertama klien diberikan standar pemusatan perhatian minimal dalam durasi waktu 6 sampai 10 menit untuk satu mata pelajaran yang diobservasi dalam satu hari dengan durasi waktu observasi satu mata pelajaran adalah 45 menit. Pemberian token berupa stiker langsung diberikan pada akhir jam pelajaran mata pelajaran yang diobservasi untuk satu hari. Jumlah token disesuaikan dengan durasi lama perhatian dapat difokuskan. Ketika klien mampu memperhatikan pelajaran disertai perilaku tidak berbicara, bermain, makan dengan teman di dalam kelas selama 6 menit maka klien diberikan satu stiker, 7 menit diberikan 2 stiker, 8 menit diberikan 3 stiker, 9 menit diberikan 4 stiker, dan 10 menit diberikan 5 stiker.
Pada minggu kedua klien diberikan standar pemusatan perhatian disertai perilaku tidak berbicara, bermain, makan dengan teman di dalam kelas minimal dalam durasi waktu 11 sampai 15 menit untuk satu mata pelajaran yang diobservasi dalam satu hari dengan durasi waktu observasi satu mata pelajaran adalah 45 menit. Pemberian token berupa stiker langsung diberikan pada akhir jam pelajaran mata pelajaran yang diobservasi untuk satu hari. Jumlah token disesuaikan dengan durasi lama perhatian dapat difokuskan. Ketika klien mampu memperhatikan pelajaran selama 11 menit maka klien diberikan 6 stiker, 12 menit diberikan 7 stiker, 13 menit diberikan 8 stiker, 14 menit diberikan 9 stiker, dan 15 menit diberikan 10 stiker.
Selanjutnya penukaran token dilakukan setelah klien berhasil mengumpulkan sejumlah stiker selama 6 hari dalam seminggu dengan hadiah tertentu. Hadiah yang disiapkan untuk ditukarkan oleh klien pun memiliki kriteria jumlah stiker yang harus ditukarkan. Perlu diketahui bahwa hadiah yang akan ditukarkan kepada klien adalah benda-benda yang merupakan benda kesukaan klien dan klien tidak memiliki akses untuk memperoleh benda tersebut. 



Sumber:

Boniecki, K. A., & Moore, S. (2003). Breaking the silence: Using a token economy to reinforce classroom partici¬pation. Teaching of Psychology, 30 (3), 224-227.

Corey, G. (2013).  Teori dan praktek konseling & psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama.

Doll, C., Barretto, A & McLaughlin, T.F. (2013). The token economy: A recent review and evaluation. International Journal of Basic and Applied Science, 2(1), 131-149. E-ISSN:2301-4458.

Himpunan Psikologi Indonesia. (2010). Kode etik psikologi Indonesia. Jakarta: HIMPSI.

Lampord, M. A. (2012). Special needs students in inclusive classrooms: The Impact of social interaction on educational outcomes for learners with emotional and behavioral disabilities. European Journal of Business and Social Sciences, 1(5):54-69. ISSN: 2235 -767X.

Mulyani, R. R. (2013). Penerapan token ekonomi untuk meningkatkan atensi dalam mengerjakan tugas pada anak ADHD. Jurnal SAINS dan Praktik Psikologi, 1(1):37-47. ISSN: 2303-2936
Pravitasari, J. E. (2002). Hand-out asesmen & intervensi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Reiber, C., McLaughlin, T. F (2004). Classroom interventions: Methods to improve academic performance and classroom behavior for students with attention-deficit/hyperactivity disorder. International Journal of Special Education, 19(1): 1-13.

Subandi, M. A. (2002). Psikoterapi. Yogyakarta: Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM.

No comments for "Intervensi Slow Learner"