Intervensi: Pendekatan pendidikan untuk Intellectual Disability

Intervensi: Pendekatan pendidikan untuk Intellectual Disability



Heward (2013) menjelaskan bahwa sejak 200 tahun yang lalu para ahli telah mencari metode yang efektif digunakan untuk mendidik siswa intellectual disability. Berikut dipaparkan beberapa metode yang dianggap dapat diaplikasikan pada anak intellectaul disability:
1. Tujuan kurikulum
Ketika merumuskan sebuah kurikulum, para pendidik harus mempertimbangkan bahwa proses pembelajaran yang diberikan oleh siswa benar-benar mampu membuat siswa tersebut lebih berfungsi di dalam masyarakat. Terkadang para pendidik merasa bahwa mereka telah berhasil mendidik ketika siswa tersebut sudah mampu membaca dan menulis. Namun, terkadang yang terlupakan adalah apakah kemampuan akademik tersebut mampu dimanfaatkan oleh siswa untuk menampilkan perilaku fungsional dalam kesehariannya. Oleh karena itu beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan oleh para pendidik ketika ingin merumuskan dan mengaplikasikan kurikulum bagi siswa intellectual disability.
a. Kurikulum akademik
Allor dkk (Heward, 2013) menjelaskan bahwa pada dasarnya semua anak yang mengalami intellectual disability harus menerima instruksi dalam keterampilan membaca, menulis, dan berhitung. Pada hakikatnya fungsi pendidikan bagi individu adalah untuk melatih membaca, menulis, berhitung, dan menguasai ilmu pengetahuan. Pada proses pemilihan target fungsional yang akan dimasukkan ke dalam kurikulum akademik siswa sesungguhnya tidak mudah. Para pendidik harus benar-benar memastikan bahwa anak yang akan diberikan pembelajaran benar-benar membutuhkan materi pendidikan tersebut atau tidak. Kebutuhan yang diberikan kepada anak diharapkan mampu membantu anak lebih berfungsi dan mandiri dalam aktivitas kesehariannya. Misalnya siswa diajari untuk menulis, kelak kemampuan menulisnya tersebut dapat digunakan siswa untuk membuat daftar belanjaan.
b. Kurikulum fungsional
Pembuatan kurikulum fungsional pada anak diharapkan mampu meningkatkan kemandirian anak, pengarahan diri, kesehatan, dan kesejahteraan anak di sekolah/di rumah/komunitas/lingkungan kerja. Pendidik khusus diarahkan memberikan siswa intellectual disability berbagai keterampilan praktis, seperti menggunakan trasportasi umum, belanja, memesan di sebuah restoran, memasak dengan aman, berbicara tentang waktu, gizi, dan kesehatan. Semua keterampilan tersebut adalah kurikulum fungsional yang sangat erat kaitannya dengan kurikulum akademik dan diharapkan para pendidik berusaha menyelaraskan antara pemberian kurikulum akademik dan kurikulum fungsional. Oleh karena itu untuk memberikan pendidikan pada anak intellectaul disability, para pendidik sangat ditekankan untuk mampu menyajikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan anak, sehingga pendidikan tersebut akan menuntun anak ke arah kemandirian dan akhirnya memiliki kualitas hidup yang tinggi.
c. ¬Self-detemination
Diharapkan para pendidik mampu membimbing dan mengarahkan anak intellectual disability dalam menetukan tujuan pribadi, perencanaan tindakan, mengevaluasi diri, dan melakukan penyesuain terhadap tujuan pribadi. Kondisi ini bukanlah hal yang mudah dilakukan  oleh siswa intellectual disability namun ketika siswa sudah mampu diarahkan untuk melakukan self-determination maka siswa tersebut akan mampu melakukan penyesuaian diri dan kemandirian dalam kesehariannya.
2. Metode-metode instruksi
Siswa intellectual disability juga akan melaksanakan pembelajaran dengan efektif ketika guru menggunakan metode pemberian instruksi. Berikut dijelaskan contoh instruksi yang efektid diberikan pada siswa intellectual disability:
a. Analisis tugas
Instruksi ini diberikan dalam bentuk instruksi yang sangat detail dan rinci kepada anak dan telah diurutkan satu per satu sehingga siswa mudah memahami dan mengikuti instruksi tersebut.
b. Mengaktifkan respon siswa
Pemberian instruksi dalam bentuk tantangan kepada siswa agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Misalnya menantang siswa untuk berdiri menunjukkan kepada temannya kata-kata yang harus dibaca oleh temannya yang ada di papan tulis.
c. Umpan balik secara sistematis
Pemberian umpan balik ada dua kategori yaitu memberikan umpan balik pada perilaku positif siswa dan memberikan penguatan kepada siswa untuk meningkatkan perilakunya tersebut. Umpan balik kedua adalah memberikan koreksi kesalahan pada perilaku yang ditampilkan oleh siswa agar tidak mengulanginya lagi. Pemberian umpan balik yang efektif sebaiknya dilakukan langsung ketika perilaku tersebut muncul, perilaku yang diberikan umpan balik spesifik, berlangsung berkesinambungan, dan membandingkan performance siswa yang lalu (misalnya, hari ini kamu bisa membaca 110 kata hari ini dan lebih banyak dibandingkan yang kemarin).

No comments for "Intervensi: Pendekatan pendidikan untuk Intellectual Disability"