Psikoedukasi Guru dan Orangtua "Kenali Siswa Slow Learner"

Psikoedukasi Guru dan Orangtua
"Kenali Siswa Slow Learner"




Psikoedukasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan/atau keterampilan sebagai usaha pencegahan dari munculnya dan/atau meluasnya gangguan psikologis di suatu kelompok, komunitas atau masyarakat serta kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman bagi lingkungan (terutama keluarga) tentang gangguan yang dialami seseorang setelah menjalani psikoterapi (Himpunan Psikologi Indonesia, 2010). Berdasarkan pemaparan tersebut makan kami akan akan mengadakan psikoedukasi “Mendeteksi keberadaan dan mengenali serta Mengajar Anak dengan Gangguan Slow Learner”. Landasan kami membidik guru dan orangtua sebagai target intervensi psikoedukasi adalah dengan mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Borah pada tahun 2013. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa dengan keberadaan orangtua dan guru yang memahami kondisi siswa slow learner maka akan sangat membantu anak untuk mengasah kemampuan yang dimilikinya, khususnya kemampuan terpendam anak. Ketika orangtua dan guru mampu bersinegi dalam membimbing siswa yang mengalami slow learner maka besar kemungkinan siswa slow learner mampu mencapai prestasi yang sama dengan anak normal pada umumnya.
Adapun tujuan dari psikoedukasi yang diberikan pada orang terdekat subjek yaitu guru dan orangtua adalah agar mereka bisa memahami kondisi subjek. Bagi guru diharapkan mampu mengenali karakteristik masing-masing siswa-siswinya dan membantu siswa-siswinya dalam menyelesaikan tugas-tugas akademiknya. Selain itu guru juga diharapkan mampu memabntu siswa-siswinya dalam menghadapi kondisi lamban belajarnya (slow learner) sehingga mampu mengikuti proses pebelajaran dengan baik.
Selanjutnya, prosedur psikoedukasi yang akan diberikan meliputi mengetahui sejauhmana pengetahuan dan kemampuan guru dan orangtua tentang kondisi siswa slow learner dan pengaruh kondisi tersebut pada akademik siswa-siswi, dan merancang sebuah perlakuan yang tepat diberikan kepada siswa-siswi di sekolah dan di rumah yang kelak akan menunjang pencapaian akademik siswa-siswi slow learner.

Prosedur Psikoedukasi
1. Psikoedukasi pada Guru
a. Materi I: Mengetahui sejauh mana kemampuan guru-guru mendeteksi keberadaan siswa slow learners. Di samping itu, perlu juga untuk menggali pengetahuan awal guru mengenai siswa slow learner dan sejauhmana penanganan yang telah dilakukan ketika menemukan siswa dengan karakteristik slow learner.
b. Materi II: Memberikan pemahaman kepada guru mengenai keberagaman peserta didik dan memberikan gambaran mengenai karakteristik siswa-siswi yang mengalami slow learner. Selain itu, perlu juga dijelaskan dengan rinci klasifikasi, penyebab, dan strategi pembelajaran yang cocok diberikan ke siswa yang mengalami slow learner. Menyinggung masalah strategi pembelajaran, sekarang guru masih dihadapkan pada sebuah tugas besar yaitu menciptakan kondisi proses belajar mengajar yang menyenangkan di kelas dan tidak mendeskriminasikan keberadaan siswa slow lerner. Berikut beberapa pertimbangan yang sebaiknya dijadikan acuan oleh para guru dalam menghadapi siswa slow learner, khususnya yang berhubungan dengan strategi pembelajaran di dalam kelas (Malik dkk, 2012), yaitu:
1) Modification in the curriculum and study material
Anak slow learner sebaiknya diberikan materi pembelajaran yang telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak. Misalnya, buku pegangan yang dijadikan sumber acuan dalam proses belajar di sajikan dengan buku-buku yang bergambar, poster-poster berwarna, memiliki grafik, dan menyajikan materi dengan sarana permainan seperti puzzle. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujar dan Gaonkar (2008) yang menyimpulkan bahwa penyajian materi yang bergambar dan memiliki grafik yang menarik pada buku acuan anak slow learner terbukti mampu mempercepat proses pemahaman siswa slow learner terhadap materi pembelajaran. Sugapriya dan Ramachandran (2011) juga telah membuktikan bahwa menyajikan materi pembelajaran pada siswa slow learner dengan model-model animasi dengan berbasis computer terbukti mampu meningkatkan performansi akademik peserta didik. Selain itu materi juga sebaiknya disajikan dengan penjelasan yang singkat dan konkrit  dan menyajikan materi pembelajaran sekreatif mungkin dalam proses pembelajaran (Malik, 2012).
2) Modification in classroom environment
Siswa slow learner sebaiknya dikondisikan di dalam kelas berada di barisan tempat duduk yang dekat dengan guru. Sehingga akses guru untuk mengobservasi atau memberikan penjelasan yang sesuai kemampuan anak lebih mudah. Program mengubah tempat duduk juga bisa silakukan dengan merotasi tempat duduk siswa khususnya tempat duduk siswa slow learner. Teman duduk anak slow learner juga patut dipertimbangkan mengingat anak yang memiliki potensi untuk sering menggangu teman yang lain akan berpotensi mengajak siswa slow learner untuk tidak memperhatikan penjelasan guru.
3) Modification in time demands
Seorang guru harusnya jeli untuk melihat kemampuan masing-masing siswanya di kelas, khususnya siswa yang mengalami slow learner. Pada siswa normal, mereka mampu menyelsaikan tugas dalam waktu 5menit untuk satu soal, namun perlu disadari bahwa pada anak slow learner waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah persoalan adalah 7- 8 menit.
4) Peer tutoring and use of groups in learning
Kelompok belajar teman sebaya dapat dijadikan alternatif oleh gutu untuk mentrasfer materi yang sudah diajarkan di dalam kelas namun belum bisa dipahami secara untuk oleh siswa. Teman sebaya berfungsi untuk menyampaikan apa yang telah diterima dan dimengerti olehnya ke siswa slow learner. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa ketika siswa slow learner diarahkan untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya maka siswa tersebuat akan lebih bisa terbuka dan mudah menerima serta memahami apa yang disampaikan oleh temannya tersebut. Pujar dan Gaonkar (2008) pun telah membuktikan bahwa pembelajaran yang melibatkan teman sebaya siswa slow learner akan sangan membantu dalam memahamkan materi pembelajaran dengan cepat dan tepat. Manfaat pembelajaran dengan teman sebaya ini juga telah dibuktikan oleh Suranjana dkk (2015) yang menyatakan bahwa peer tutoring dapat dijadikan wadah untuk melakukan pengulangan (remedial) pembahasan materi-materi yang belum dipahami oleh siswa slow learner  di dalam kelas.
5) Daily good behavior exercise
Menghadirkan sosok di dalam kelas atau lingkungan sekolah yang bisa dijadikan role model oleh siswa dalam menampilkan perilaku atau aktivitas yang positif dan menunjang keberhasilan proses akademik siswa slow learner. Kondisi ini tidak terlepas dari pemberian reward pada siswa yang berhasil menampilkan perilaku sesuai dengan apa yang dijadikan role model  bagi dirinya.
2. Psikoedukasi pada Orangtua
Psikoedukasi kepaada orangtua akan dilakukan sebanyak 1 kali selama 45 menit. Proses psikoedukasi ini disajikan dalam bentuk penjelasan mengenai kondisi subjek yang sesungguhnya, memberikan pemahaman kepada orangtua mengenai kondisi lamban belajar anak (slow learner) dan memberikan pemahaman kepada orangtua mengenai langkah-langkah konkrit yang dapat ditempuh orangtua untuk mengatasi kondisi lamban belajar subjek sehingga subjek mampu menjalani proses akademik dengan baik.

No comments for "Psikoedukasi Guru dan Orangtua "Kenali Siswa Slow Learner""