Modul Psikoedukasi: Mengenali dan Memahami Kondisi Anak Serta Strategi Pembelajaran yang Efektif untuk Anak dengan Gangguan Slow Learner

Contoh:
MODUL PSIKOEDUKASI 


“Mengenali dan Memahami Kondisi Anak serta Strategi Pembelajaran yang Efektif untuk Anak dengan Gangguan Slow Learner”









A. Rumusan Masalah
Secara umum kondisi klien dapat dikatakan mengalami kelambanan dalam mengikuti proses belajar di sekolah. Kelambanan tersebut dipicu dari beberapa karakteristik pada klien yang sama dengan anak-anak yang memiliki kelambanan dalam mengikuti proses belajar. Kondisi klien yang lamban memicu klien sulit untuk memperhatikan penjelasan di kelas dan sulit untuk diarahkan belakar di rumah. Di sekolah klien selalu berbicara, bermain, dan mengganggu teman-temannya saat guru menjelaskan sedangkan di rumah klien tidak pernah menyempatkan waktunya untuk mengerjakan tugas atau sekedar belajar. Jika diarahkan oleh kakak, nenenk, dan ibu klien kadangan tidak merespon arahan mereka.
Perilaku-perilaku yang dimunculkan klien di lingkungan sekolah maupun rumah membuat guru dan orangtua klien mengeluhkan kondisi klien dan guru serta orangtua klien mencari tahu bagaimana cara menangani permasalahan klien ini. Berangkat dari keingintahuan guru dan orangtua klien mengenai kondisi sang anak maka dianggap penting untuk melakukan psikoedukasi pada guru dan orangtua agar mereka bisa lebih memahami kondisi klien.
Guru dan orangtua yang paham dengan kondisi klien akan mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi klien untuk belajar. Guru dan orangtua akan mengetahui karakteristik anak-anak yang mengalami lamban belajar dan strategi apa yang efektif mereka gunakan untuk mengoptimalkan kemampuan anak dalam proses belajar.

B. Tujuan Intervensi
Menindaklanjuti keluhan dari guru dan orangtua klien maka diputuskan untuk memberikan salah satu bentuk intervensi berupa psikoedukasi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam proses intervensi yang akan dilaksanakan adalah:
1. Memberikan pemahaman kepada guru dan orangtua mengenai karakteristik, dampak, dan penyebab anak-anak yang lamban belajar.
2. Memberikan beberapa pemaparan pada guru dan orangtua mengenai strategi mengajari anak lamban belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh lebih optimal lagi.

C. Uraian Intervensi Psikoedukasi
Psikoedukasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan/atau keterampilan sebagai usaha pencegahan dari munculnya dan/atau meluasnya gangguan psikologis di suatu kelompok, komunitas atau masyarakat serta kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman bagi lingkungan (terutama keluarga) tentang gangguan yang dialami seseorang setelah menjalani psikoterapi (Himpunan Psikologi Indonesia, 2010). Berdasarkan pemaparan tersebut makan kami akan akan mengadakan psikoedukasi “Mendeteksi keberadaan dan mengenali serta Mengajar Anak dengan Gangguan Slow Learner”. Landasan kami membidik guru dan orangtua sebagai target intervensi psikoedukasi adalah dengan mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Borah pada tahun 2013. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa dengan keberadaan orangtua dan guru yang memahami kondisi siswa slow learner maka akan sangat membantu anak untuk mengasah kemampuan yang dimilikinya, khususnya kemampuan terpendam anak. Ketika orangtua dan guru mampu bersinegi dalam membimbing siswa yang mengalami slow learner maka besar kemungkinan siswa slow learner mampu mencapai prestasi yang sama dengan anak normal pada umumnya.
Adapun tujuan dari psikoedukasi yang diberikan pada orang terdekat klien yaitu guru dan orangtua adalah agar mereka bisa memahami kondisi klien. Bagi guru diharapkan mampu mengenali karakteristik masing-masing siswa-siswinya dan membantu siswa-siswinya dalam menyelesaikan tugas-tugas akademiknya. Selain itu guru juga diharapkan mampu memabntu siswa-siswinya dalam menghadapi kondisi lamban belajarnya (slow learner) sehingga mampu mengikuti proses pebelajaran dengan baik.
Selanjutnya, prosedur psikoedukasi yang akan diberikan meliputi mengetahui sejauhmana pengetahuan dan kemampuan guru dan orangtua tentang kondisi siswa slow learner dan pengaruh kondisi tersebut pada akademik siswa-siswi, dan merancang sebuah perlakuan yang tepat diberikan kepada siswa-siswi di sekolah dan di rumah yang kelak akan menunjang pencapaian akademik siswa-siswi slow learner.

D. Teori dan Materi Psikoedukasi
1. Psikoedukasi pada Guru dan orangtua
Materi I
 Memberikan pemahaman kepada guru dan orangtua mengenai karakteristik, dampak, dan penyebab anak-anak yang lamban belajar. Berikut penjelasan teori mengenai gambaran umum anak dengan lamban belajar (slow learner).
Definisi Slow Learner
Reddy, Ramer, dan Kusuma  (2006) menjelaskan bahwa berdasarkan pengalaman para pendidik diketahui bahwa banyak anak-anak yang memiliki keterlambatan dalam pelajaran dasar dan membutuhkan bantuan secara khusus. Siswa yang memiliki keterlambatan tersebut akan memiliki pencapaian akademik yang terbatas. Siswa yang lambat belajar ini memiliki score kecerdasan 76 sampai 89. Kehadiran anak dengan permasalahan seperti ini akan ditemui 18% dari populasi yang ada di suatu sekolah. Jadi, jadi bisa disimpulkan bahwa slow learner merupakan suatu kondisi pada anak yang mengalami keterlambatan dalam melakukan proses pengolahan materi pembelajaran dan faktor utamanya adalah rendahnya score IQ anak (kisaran 80-90), namun tidak menutup kemungkinan terdapat faktor lain sebagai  pencetus anak mengalami slow learner.
Karakteristik Slow Learner
Reddy, Ramer, dan Kusuma (2006) menjelaskan beberapa karakteristik slow learner, yaitu:
a) Kapasitas kognitif yang terbatas (limited cognitive capacity)
Kapasitas kognitif yang terbatas membuat individu mengalami proses belajar yang lambat. Kondisi tersebut terjadi karena individu gagal untuk mengatasi situasi belajar dan tidak mampu berfikir secara abstrak. Bahkan mustahil untuk melakukan proses berpikir yang rasional. Hal tersebut menyebabkan individu sangat terbatas dalam melakukan proses pengembangan konsep atau ide umum yang mendasari banyak pekerjaan sekolah, terutama dalam bahasa dan angka. Proses penyimpanan informasi yang dilakukan oleh anak yang slow learner membutuhkan lebih banyak latihan dan revisi bila dibandingkan dengan anak normal.
b) Kemampuan memori yang rendah (poor memory)
Memori merupakan proses yang kompleks dan tidak sepenuhnya dipahami, meskipun beberapa peneliti telah menetapkan teori-teori yang dapat menjelaskan berbagai aspek yang dapat diamati dari memori. Flavel (1977, dalam Reddy dkk, 2006) mendefinisikan memori sebagai serangkaian proses kognitif, termasuk proses mengamati, mengingat suatu stimulus sehingga menjadi sebuah  pengetahuan. Anak yang slow learner memiliki keterbatasan memory dalam menyimpan informasi-informasi yang diperoleh dari lingkungan. Kemampuan memori baik yang dimiliki individu sangat berkaitan dengan kemampuan individu memperhatikan kondisi-kondisi di sekitar rangsangan. Sehingga anak slow learner mengalami kemampuan memori yang rendah disebabkan oleh kelemahan perhatian yang dimiliki anak. Anak slow learner juga mengalami kesulitan dalam melakukan proses persepsi terhadap sebuah rangsangan dari lingkungan.
c) Konsentrasi mudah teralih atau konsentrasi menurun (distraction and lack of concentration)
Penelitian yang dilakukan oleh Curtis dan Shaver (1980 dalam Reddy dkk, 2006) menemukan bahwa individu dengan slow learner kurang mampu berkonsentrasi dan lebih dikenal dengan gangguan perhatian jangka pendek. Individu tidak dapat berkonsentrasi dengan instruksi yang diberikan oleh guru atau pengajar berupa instruksi verbal yang bertahan lebih dari tiga menit. Individu yang mengalami slow learner membutuhkan materi yang pendek dan frekuensi pelajaran yang banyak untuk memperoleh persepsi yang terbaik. Pengembangan kreatifitas dan aktifitas praktis dapat membantu individu untuk membentuk perhatian yang baik pada individu.
d) Tidak mampu mengekspresikan ide-ide yang dimiliki (inability to express ideas)
Individu yang mengalami slow learner memiliki kesulitan dalam mencari dan menggabungkan kata-kata. Kesulitan tersebut membuat individu mengalami masalah emosional dan berakibat pada keterbelakangan individu dalam berekspresi. Kadang-kadang individu lebih menggunakan gerakan tubuh untuk menunjukkan sebuah peristiwa dibandingkan dengan menggunakan kata-kata. Individu yang slow learner mengalami kesulitan dalam mengetahui dan memahami apa yang ingin dikatakan, atau individu mampu mengucapkan apa yang ingin dikatakannya, namun gagal dalam membuktikan ucapannya tersebut. Kosa kata yang sedikit  menjadi salah satu faktor kelemahan yang dimiliki individu slow learner. Slow learner juga ditandai dengan ketidakmampuan mengingat pesan atau informasi dan sulit untuk mendengarkan sebuah instruksi yang diberikan.

Faktor-faktor Penyebab Slow Learner
Menurut Reddy, Ramer, dan Kusuma (2006) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya slow learner adalah sebagai berikut:
a) Kemiskinan / Poverty
Hasil penelitian yang dilakukan di India menyimpulkan bahwa kemiskinan menjadi faktor utama yang menyebabkan anak mengalami slow learner. Terdapat dua pengaruh kemiskinan yang terjadi pada anak yaitu:
1) Kemiskinan dapat menganggu kesehatan anak. Hal tersebut disebabkan oleh pepatah “a sound mind in a sound body” yang artinya pikiran yang sehat berada dalam tubuh yang sehat. Hanya ketika tubuh sehat, pikiran dapat bekerja sesuai dengan kapasitasnya. Kesehatan yang baik akan membuat kondisi otak individu tetap tajam, waspada, dan siap untuk menerima dan mengelolah informasi. Namun, apabila kondisi kesehatan tidak baik, maka akan menyebabkan individu mengalami masalah dalam proses pembelajarannya.
2) Kemiskinan mengurangi kapasitas belajar anak. Anak yang terlahir di lingkungan yang memiliki materi yang banyak mampu menghadirkan alat-alat pembelajaran yang berupa alat permainan edukatif dan buku-buku yang dapat meningkatkan pengetahuan umum anak. Berbeda halnya dengan anak yang terlahir dalam keluarga yang kurang mampu, umumnya alat-alat pembelajaran tidak mampu diberikan oleh keluarga sehingga anak tidak terbiasa diberikan stimulus untuk merangsang kerja kognitif anak untuk memperoleh pengetahun.
b) Kecerdasan angota keluarga / Intelligence of family members
Pendidikan dan kecerdasan yang dimiliki orangtua akan memberikan pengalaman pendidikan yang bermanfaat bagi anak. Selain itu, orangtua yang senantiasa menyediakan bahan-bahan belajar untuk anak sangat membantu anak untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya karena kehadiran bahan-bahan belajar tersebut membuat anak terbiasa dalam melakukan proses pengolahan informasi. Hal berbeda terjadi bila orangtua tidak mampu menghadirkan bahan-bahan belajar untuk anak, sehingga anak tidak terbiasa melakukan pengolahan informasi, misalnya dari mainan atau buku dongeng anak.
c) Faktor-faktor emosi / Emotional factors
Masalah emosi pada slow learner akan mengakibatkan individu mengalami pencapaian akademik yang rendah, hubungan interpersonal yang rendah, dan memiliki konsep diri yang rendah. Hal yang penting dalam hal ini adalah perkembangan sosial dan emosional individu yaitu konsep diri. Kondisi tersebut umumnya dipengaruhi oleh lingkungan rumah, kondisi kelompok teman sebaya, dan di sekolah.  Konsep diri meliputi persepsi individu mengenai kelebihan, kekurangan, kemampuan, sikap, dan nilai-nilai yang dimiliki individu. Semua hal tersebut berkembang mulai indivudu dilahirkan dan berlangsung sepanjang kehidupan individu secara stabil. Slow learner
d) Faktor-faktor pribadi / Personal factors
Disamping semua faktor yang di atas, faktor pribadi hadir sebagai pelengkap faktor yang membuat individu mengalami slow learner. Faktor pribadi dalam hal ini adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu, seperti penglihatan, pendengaran, dan kemampuan berbicara menjadi salah satu pencetus individu mengalami slow learner.

Materi II
Memberikan beberapa pemaparan pada guru dan orangtua mengenai strategi mengajari anak lamban belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh lebih optimal lagi. Ketika menyinggung masalah strategi pembelajaran, sekarang guru masih dihadapkan pada sebuah tugas besar yaitu menciptakan kondisi proses belajar mengajar yang menyenangkan di kelas dan tidak mendeskriminasikan keberadaan siswa slow lerner. Berikut beberapa pertimbangan yang sebaiknya dijadikan acuan oleh para guru dalam menghadapi siswa slow learner, khususnya yang berhubungan dengan strategi pembelajaran di dalam kelas (Malik dkk, 2012), yaitu:
a) Modification in the curriculum and study material
Anak slow learner sebaiknya diberikan materi pembelajaran yang telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak. Misalnya, buku pegangan yang dijadikan sumber acuan dalam proses belajar di sajikan dengan buku-buku yang bergambar, poster-poster berwarna, memiliki grafik, dan menyajikan materi dengan sarana permainan seperti puzzle. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujar dan Gaonkar (2008) yang menyimpulkan bahwa penyajian materi yang bergambar dan memiliki grafik yang menarik pada buku acuan anak slow learner terbukti mampu mempercepat proses pemahaman siswa slow learner terhadap materi pembelajaran. Sugapriya dan Ramachandran (2011) juga telah membuktikan bahwa menyajikan materi pembelajaran pada siswa slow learner dengan model-model animasi dengan berbasis computer terbukti mampu meningkatkan performansi akademik peserta didik. Selain itu materi juga sebaiknya disajikan dengan penjelasan yang singkat dan konkrit  dan menyajikan materi pembelajaran sekreatif mungkin dalam proses pembelajaran (Malik, 2012).
b) Modification in classroom environment
Siswa slow learner sebaiknya dikondisikan di dalam kelas berada di barisan tempat duduk yang dekat dengan guru. Sehingga akses guru untuk mengobservasi atau memberikan penjelasan yang sesuai kemampuan anak lebih mudah. Program mengubah tempat duduk juga bisa silakukan dengan merotasi tempat duduk siswa khususnya tempat duduk siswa slow learner. Teman duduk anak slow learner juga patut dipertimbangkan mengingat anak yang memiliki potensi untuk sering menggangu teman yang lain akan berpotensi mengajak siswa slow learner untuk tidak memperhatikan penjelasan guru.
c) Modification in time demands
Seorang guru harusnya jeli untuk melihat kemampuan masing-masing siswanya di kelas, khususnya siswa yang mengalami slow learner. Pada siswa normal, mereka mampu menyelsaikan tugas dalam waktu 5menit untuk satu soal, namun perlu disadari bahwa pada anak slow learner waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah persoalan adalah 7- 8 menit.
d) Peer tutoring and use of groups in learning
Kelompok belajar teman sebaya dapat dijadikan alternatif oleh gutu untuk mentrasfer materi yang sudah diajarkan di dalam kelas namun belum bisa dipahami secara untuk oleh siswa. Teman sebaya berfungsi untuk menyampaikan apa yang telah diterima dan dimengerti olehnya ke siswa slow learner. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa ketika siswa slow learner diarahkan untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya maka siswa tersebuat akan lebih bisa terbuka dan mudah menerima serta memahami apa yang disampaikan oleh temannya tersebut. Pujar dan Gaonkar (2008) pun telah membuktikan bahwa pembelajaran yang melibatkan teman sebaya siswa slow learner akan sangan membantu dalam memahamkan materi pembelajaran dengan cepat dan tepat. Manfaat pembelajaran dengan teman sebaya ini juga telah dibuktikan oleh Suranjana dkk (2015) yang menyatakan bahwa peer tutoring dapat dijadikan wadah untuk melakukan pengulangan (remedial) pembahasan materi-materi yang belum dipahami oleh siswa slow learner  di dalam kelas.
e) Daily good behavior exercise
Menghadirkan sosok di dalam kelas atau lingkungan sekolah yang bisa dijadikan role model oleh siswa dalam menampilkan perilaku atau aktivitas yang positif dan menunjang keberhasilan proses akademik siswa slow learner. Kondisi ini tidak terlepas dari pemberian reward pada siswa yang berhasil menampilkan perilaku sesuai dengan apa yang dijadikan role model  bagi dirinya.

2. Psikoedukasi pada Orangtua
Psikoedukasi kepada orangtua akan dilakukan sebanyak 1 kali selama 50 menit. Proses psikoedukasi ini disajikan dalam bentuk penjelasan mengenai kondisi klien yang sesungguhnya, memberikan pemahaman kepada orangtua mengenai kondisi lamban belajar anak (slow learner) dan memberikan pemahaman kepada orangtua mengenai langkah-langkah konkrit yang dapat ditempuh orangtua untuk mengatasi kondisi lamban belajar klien sehingga klien mampu menjalani proses akademik dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Borah. R. R. (2013). Slow learners: Role of teachers and guardians in honing their hidden skills. International Journal of Educational Planning & Administration, 3(2): 139-143. ISSN 2249-3093.

Himpunan Psikologi Indonesia. (2010). Kode etik psikologi Indonesia. Jakarta: HIMPSI.

Malik, N, I., Rehman, G., Hanif, R. (2012). Effect of academic interventions on the developmental skills of slow learners. Pakistan Journal of Psychological Research, 27(1): 135-151.

Pujar, L., Gaonkar, V. (2008). Instructional Strategies to Accelerate Science Learning among Slow Learners. Karnataka J. Agric. Sci., 21(4):553-556. 

Reddy, G. L., Ramer, R., Kusuma, A. (2006). Slow learners, their psychology and instruction. New Delhi: Arora Offset Press.

Sugapriya., Ramachandran. (2011). Assessing visual memory in slow learners by teaching with computer animated models. International Journal of Biological & Medical Research, 2(4): 946 – 949.

Suranjana, R., Ujjani, R., Kanti, R. M. (2015). Peer tutoring as a remedial measure for slow learners in a medical school. Journal of Krishna Institute of Medical Sciences University, 4(1):130-134. ISSN 2231-4261.

No comments for "Modul Psikoedukasi: Mengenali dan Memahami Kondisi Anak Serta Strategi Pembelajaran yang Efektif untuk Anak dengan Gangguan Slow Learner"